Oleh: Erwin Usman
PADA sebuah kota kecil tinggal menetap seorang pengusaha. Dia kaya raya dan sukses. Berasal dari keluarga miskin, sebelumnya. Namun, selama kesuksesannya dia tak bersedia bila diundang di acara yang temanya: Berbagi tips dan kisah suksesnya dalam hidup. Orang pun menjadi penasaran.
Dia punya dalih, bahwa dia bukanlah orang tepat di kota itu. Dia merasa bukan siapa-siapa. Masih banyak pengusaha sukses lain untuk panutan.
Hingga pada suatu waktu, sebuah organisasi sosial berhasil membujuknya untuk mau hadir di sebuah seminar. Dia pembicara tunggal di seminar itu. Topiknya, bagaimana kiatnya bisa meraih sukses.
Pada hari yang ditunggu, dia datang diseminar itu. Panggung rapih Megah, Ruangan besar disiapkan, Berikut layar lebar, Kursi yang disiapkan penuh sesak. Pesertanya membludak. Ribuan orang. Mereka datang mau tahu: bagaimana kiat sukses sang pengusaha.
Di dalam ruangan hadir sekitar 1.000 orang peserta. Setelah dipersilahkan oleh MC acara, dia lalu naik ke podium yang disiapkan. Tapi, ada yang unik. Di tangannya menenteng sebuah palu kecil.
Setelah mengucap salam dan menyapa peserta, dia lantas berkata, "Tolong panitia ambilkan batu yang saya taruh di belakang panggung."
Batu sebesar kepala manusia dewasa yang dibawa pengusaha dari rumah, lalu diangkat panitia ke atas podium.
Kemudian, pengusaha itu lalu mulai memukul batu itu dengan palu. Tanpa bicara sepatah kata pun. Tok, tok, tok, tok .... bunyi suara palu bertemu batu. Peserta heran. Saling berpandangan.
Kemudian, 5 menit, 10 menit, 20 menit berlalu. Terus saja dia memukul. Tanpa bicara sepatah kata. Peserta seminar gelisah. Cemberut. Beberapa mulai beranjak keluar tinggalkan acara. Sambil bersungut kesal. Di podium, sang pengusaha terus saja memukul batu. Tak peduli.
45 menit berlalu, peserta tersisa setengah. Mereka terlihat mulai bosan. Mereka berkata, "Tidak ada gunanya kita di sini, hanya melihat dia memukul batu." Dia tak berhenti. Tok, tok, tok, tok. Dia terus memukul secara konsisten, tanpa berbicara. Sejam berlalu, isi ruangan tidak ada setengah peserta.
2 jam berlalu, isi ruangan tersisa 20 orang peserta. Dari awalnya 1.000 peserta. Kursi kosong. Dia terus memukul, tanpa bicara apapun. Tetap konsisten.
Pada saat tersisa 20 orang itulah, batu di podium tiba-tiba pecah. Breeek. Terbelah jadi dua bagian. Pukulan lalu dihentikan sang pengusaha.
Peserta terdiam. Tak mengerti apa maksud pengusaha itu, sejak tadi. Lalu sang pengusaha mengambil mic.
Anda semua mau tahu kenapa saya sukses? Karena saya: Konsisten. Bila Anda mau sukses seperti saya, Anda harus konsisten dengan apa yang Anda lakukan. Tidak peduli apa kata orang lain. Tak peduli berapa banyak yang akan meninggalkanmu. Tak peduli seberapa lelahnya dirimu. Kalau kau mau sukses, kau harus konsisten. Peserta terdiam.
Dia lalu bertanya lagi pada sekitar 20 orang yang bertahan dalam ruangan.
"Bapak, Ibu dan hadirin sekalian, saya tadi memukul sekitar seribu kali. Kira-kira pukulan keberapakah tadi yang telah memecahkan batu ini?" tanya sang pengusaha.
"Yang keseribu, Pak," jawab peserta kompak.
Dia tersenyum.
"Tidak. Bapak, Ibu sekalian. Batu ini, pecah karena pukulan pertama, sampai pukulan yang ke seribu!"
*
PARA bijak bestari berucap, dalam hidup memiliki visi dan mimpi adalah penting. Semua orang bisa gampang memiliki visi dan mimpi dalam kehidupan. Tapi, tidak semua orang bisa konsisten. Banyak orang yang hanya semangat di awal. Setelah itu dia stop; berhenti karena tidak konsisten.
Konsisten butuh kesabaran dan ketekunan. Konsisten butuh keberanian. Seberapa pun hebat seseorang, bila tidak konsisten tidak akan bermakna apa-apa.
Baca Juga: Peduli Sesama Umat, PENA 98 dan POSPERA Buka Dapur Umum Hingga Lebaran Mendatang
Bila kita merasa suatu hal serius, maka konsistenlah. Karena orang yang bijak akan merasa malu, jika tindakannya tidak lebih besar dari kata-katanya.
Bila target sudah ditetapkan, tulislah. Kerjakan dengan konsisten. Lalu kita mesti bersiap menikmati setiap tanjakan mendaki. Nikmati perjalanan dan alunan masalah yang akan datang menghadang. Hadapi jatuh bangunnya. Abaikan peluh yang bercucuran.
Terus maju. Jangan pernah berpikir untuk berhenti. Abaikan apa ocehan orang lain. Tutup telinga pada ejekan orang. Fokus ke tujuan. Fokus ke jalan keluar. Langitkan doa bila sudah tak kuat.
Hingga bila telah sampai ke titik tujuan, bungkam mereka yang meremehkan kamu dengan keberhasilamu. Jangan lupa hakikat ini: Karena sifat konsistenlah hingga tetesan air bisa hancurkan batu karang! Konsisten adalah kunci.
Demikianlah pidato 5 menit sang pengusaha pada peserta yang tersisa. Lalu, dia mengangkat batu yang telah pecah dua di atas podium, untuk dibawa kembali ke rumahnya. Bersama palu kecilnya.
Erwin Usman
Kalibata, 18 Pebruari 2021