BUTON, BUTONSATU.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Kabupaten Buton pada Maret 2025 mencapai 13,46 persen atau sekitar 13.890 jiwa. Angka tersebut menempatkan Buton di posisi ketiga kabupaten dengan penduduk miskin tertinggi di Sulawesi Tenggara, setelah Kabupaten Konawe Kepulauan (14,42 persen) dan Buton Selatan (13,74 persen).
Meski begitu, tingkat kemiskinan di Buton mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, BPS mencatat persentase penduduk miskin mencapai 13,96 persen, atau turun sekitar 0,5 persen dalam satu tahun terakhir.
Kepala BPS Kabupaten Buton, Zablin, menjelaskan bahwa penurunan ini menunjukkan adanya perbaikan, namun belum cukup signifikan untuk mengubah posisi Buton dari tiga besar daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sulawesi Tenggara.
Menurutnya, masih tingginya angka kemiskinan disebabkan oleh lemahnya pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Buton pada triwulan II tahun 2025 tercatat sebesar 2,56 persen, jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 5,12 persen.
“Pertumbuhan ekonomi Buton pada 2025 sebesar 2,56 persen, sementara tahun sebelumnya mencapai 3,2 persen. Angka ini menunjukkan perlambatan yang berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat,” kata Zablin.
Ia menambahkan, kondisi ekonomi Buton juga tertinggal dibanding beberapa kabupaten lain di Sulawesi Tenggara. Kabupaten Buton Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,32 persen, Buton Utara 3,6 persen, dan Kabupaten Konawe mencapai 11,82 persen atau tertinggi di Sulawesi Tenggara.
Selain perlambatan ekonomi, Zablin menilai belum optimalnya sinkronisasi antara program pemerintah pusat dan daerah turut memengaruhi. Salah satunya adalah pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dari total anggaran MBG, sekitar dua pertiga digunakan untuk pengadaan bahan baku. Jika bahan baku tersebut diperoleh dari luar daerah, dampak ekonominya tidak langsung dirasakan masyarakat lokal.
“Ketika kebutuhan bahan baku didatangkan dari luar, masyarakat Buton tidak mendapatkan manfaat ekonomi yang cukup. Padahal sekitar 30 persen anggaran MBG bersumber dari pemerintah pusat,” jelasnya.
Meski demikian, Zablin menilai Kabupaten Buton memiliki potensi besar untuk memperkuat ekonomi lokal. Beberapa sektor yang bisa dikembangkan antara lain pariwisata, perikanan budidaya, pengembangan rumput laut di Desa Wakalambe, serta industri kecil menengah (IKM) di Desa Holimombo.
Menurutnya, penguatan sektor-sektor tersebut dapat menjadi kunci untuk menekan angka kemiskinan di Buton dalam beberapa tahun mendatang.