BUTON, BUTONSATU.com - Sudah seyogyanya bila tempat wisata selalu ramai dikunjungi para pengunjung. Namun, hal itu tidak berlaku di Kali Biru justru sepi pengunjung. Demikian pula bagi para lapak penjual gorengan yang ada di Kali Biru selalu menjerit karena omset penjualannya setiap hari terus menurun.
Saat awak media melakukan penelusuran di lapangan pada sore hari, Sabtu (28/5/2022) sekira pukul 16.30 Wita, ditemukan banyak para penjual gorengan tidak membuka lapak jualannya. Nampak, hanya 4 unit yang membuka lapak gorengannya. Selain itu, terdapat beberapa orang pengunjung yang nampak duduk di salah satu lapak gorengan milik Topan.
Salah seorang pengunjung LS (35) mengaku bahwa sebelumnya ia sering kali duduk menikmati kopi dan gorengan di Kali Biru. Ia merasa nyaman duduk sore hari di Kali Biru karena suasana sekelilingnya begitu menyenangkan.
"Saya dulunya itu setiap hari duduk di Kali Biru, nongkrong bersama teman-teman sambil menikmati secangkir kopi dan gorengan. Suasananya hidup dan sangat menyenangkan," kata LS sambil menikmati secangkir kopi di lapak gorengan Topan.
Namun, lanjut LS mengatakan ditahun-tahun sebelumnya Kali Biru pernah menjadi salah satu ikon destinasi wisata di Ibukota Kabupaten. Namun, seiring berjalannya waktu banyak fasilitas pendukung menjadi rusak.
"Banyak fasilitas didalamnya rusak, sehingga pengunjung itu merasa bosan atau jenuh saat datang di Kali Biru," tuturnya.
LS menyayangkan sikap dari Pemkab Buton yang tidak memperhatikan Kali Biru sebagai ikon destinasi wisata Ibukota Kabupaten Buton. Padahal, jika ditata dengan baik akan banyak mendapatkan manfaat terhadap pendapatan daerah dan juga masyarakat sekitar.
"Kita lihat daerah tidak ada perhatiannya, paling perawatannya hanya di cet saja, terus yang lain-lain itu seperti kebersihan dan perawatannya tidak sama sekali diperhatikan termasuk dari sisi kebijakan juga tidak ada," ucapnya.
Agar tidak terus menerus menjadi kumuh di dalam Ibu Kota, LS menyarankan agar pengelolaan Kali Biru diambil alih oleh Pemdes Banabungi untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
"Kalau Pemda tidak bisa kelola mendingan dibantu difasilitasi supaya Kali Biru diambil alih oleh Pemdes Banabungi supaya bisa dikembangkan. Jika dibiarkan begini bisa jadi nanti 5 hingga 10 tahun kedepan menjadi tempat-tempat kumuh di dalam Ibukota," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Bojes, salah seorang penjual gorengan di Kali Biru. Ia mengatakan, setiap hari omset penjualannya selalu menurun. Menurutnya, hal itu terjadi karena pengunjung merasa enggan datang.
"Kalau sebelum-sebelumnya itu setiap malam itu saya selalu mendapat 600 hingga 700 ribu, itu sudah bersih setiap malam, tapi kalau sekarang hanya 200 hingga 300 ribu saja, itupun juga dari harga itu masih kotor," katanya.
"Kedua, pengunjung mau rasa nyaman bagaimana, jika kondisi Kali Biru seperti ini yaitu kotor dan tidak ada perawatan sama sekali. Lihat saja tinggal berapa orang disini yang menjual, itu semua karena disini sepi pengunjung, ditambah lagi tidak ada penerangan sehingga malam itu kelihatan gelap," sambungnya.
Topan berharap agar pengelolaan Kali Biru dapat dirapikan dan fasilitasnya diperbaiki dengan baik sehingga pengunjung merasa nyaman saat berkunjung di Kali Biru.
"Harapannya diperbaiki fasilitas umumnya seperti WC, lampu taman dan sarana pendukung lainnya agar dapat menambah daya tarik pengunjung datang di Kali Biru," tutupnya.