Oleh: Muhammad Risman
Ketua FKP Buton
La Karambau yang bergelar Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Opota Yi Koo seorang Sultan Buton ke-20 pada 1752 – 1755 dan ke-23 1760 – 1763 (baca: Wikipedia).
Lalu, bertepatan memperingati Hari Pahlawan Nasional tahun 2019. Presiden Joko Widodo menganugerahkan Oputa Yi Koo sebagai pahlawan Nasional dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan menjadi satu-satunya pahlawan yang diusulkan dari bumi Anoa.
Menurut riwayat, pemberian gelar pahlawan Oputa Yi Koo karena dinilai atas kegigihan melawan pemerintahan Belanda. Ia bergerilya dalam hutan dan menjadikan tempat untuk mengatur strategi perang di puncak gunung Siotapina maka itu dikenal sebutan Oputa Yi Koo. Gelar oleh masyarakat setempat bermakna Raja atau penguasa yang gerilya dalam hutan.
Untuk mengenang perjuangan pahlawan Oputa Yi Koo maka Pemprov Sultra sudah mengagendakan kegiatan Tapak Tilas Oputa Yi Koo setiap tahun. Kegiatan tersebut sudah direncanakan tahun 2021 lalu, namun batal karena masa pandemi Covid-19. Sehingga Pemprov Sultra baru melaksanakan kegiatan Tapak Tilas Oputa Yi Koo pada tahun 2022.
Guna mensukseskan kegiatan Tapak Tilas Oputa Yi Koo, Pemprov Sultra menunjuk Event Organizer (EO) katanya dari 'Kiramedia' sebagai panitia penyelenggara. Setelah pemantapan kerja-kerja, panitia ternyata tidak melibatkan masyarakat setempat. Olehnya itu dari kasus yang ditemukan banyak terjadi mis-komunikasi antara Panitia dengan Pemda Buton, hal itu dipicu tidak ada keterlibatan masyarakat sekitar yakni Desa Wasuamba dan Wasambaa Kecamatan Lasalimu.
Padahal kegiatan untuk naik ke puncak Siotapina sangat di sakralkan penduduk sekitar. Bagi masyarakat gunung Siotapina merupakan warisan sejarah perjuangan Oputa Yi Koo. Akhirnya terkesan asal-asalan seperti kegiatan Tapak Tilas yang diselenggarakan oleh Pemprov Sultra. Kenapa asal-asalan atau asal jadi?
Karena sebelumnya, Panitia didampingi Pemda Buton melalui Dinas Kebudayaan melaksanakan rapat dengan masyarakat 2 desa (Wasuamba dan Wasambaa)ada usulan dari masyarakat bahwa kegiatan Tapak Tilas Oputa Yi Koo dilakukan bersamaan acara pesta kampung. Alasannya, disitu menjadi waktu ritual masyarakat adat dua desa (Wasuamba dan Wasambaa) naik ke puncak gunung Siotapina. Jika dilaksanakan bersamaan tentu masyarakat akan terlibat dan pasti nilai-nilai sejarah akan didapatkan peserta dari Tapak Tilas.
Tapi apa yang terjadi, ketika kegiatan Tapak Tilas Oputa Yi Koo tahun 2022 dilaksanakan belum waktu ritual masyarakat adat Wasuamba – Wasambaa?
Seluruh peserta galau dan kacau. Kronologis singkatnya, mulai dari pelepasan seharusnya jadwal ratusan peserta dari berbagai daerah pada Selasa (24/5) sekitar pukul 07.00 dilepas. Namun nanti pukul 10.00 baru secara simbolis dilepas oleh Bupati Buton La Bakry di dampingi jajaran Forkopimda di Lapangan Banabungi, Pasarwajo dengan tujuan desa Wasambaa Kecamatan Lasalimu. Perjalanan itu para peserta berjalan kaki dengan jarak tempuh lebih 60 Km.
Dari situ, sepanjang perjalanan para peserta banyak menemukan kendala hingga malam belum sampai di Desa Wasambaa. Para peserta hanya mampu berjalan kaki sampai di Desa Kumbewaha tepatnya di kantor Camat Siotapina, masih sekitar 25 Km sampai di Desa Wasambaa Kecamatan Lasalimu. Olehnya itu, para peserta tidak dapat melanjutkan perjalanan dan mulai diangkut oleh kenderaan milik Pemda Buton dibantu masyarakat sekitar pukul 21.00 WITA.
Tiba di Desa Wasambaa (titik terakhir sebelum ke puncak gunung Siotapina) para peserta istrahat. Namun hampir semua peserta sudah mengalami cidera kaki bahkan beberapa peserta sudah memutuskan tidak melanjutkan perjalanan naik ke puncak gunung Siotapina.
Esok (25/5) harinya, sekitar pukul 09.00 WITA saat panitia melepas peserta naik ke puncak Gunung Siotapina sudah menjadi kendala. Antara peserta dan panitia sudah mis-komunikasi terkait jalur yang akan dilewati. Banyak peserta mengeluh kalau materi pembekalan tidak sesuai dengan kejadian? Peta jalur tidak ada sehingga memicu peserta kesulitan untuk sampai di puncak gunung Siotapina.
Belum lagi soal syarat untuk sampai di puncak gunung Siotapina. Sehingga panitia memberhentikan untuk sampai di kilo meter 10 karena sudah malam. Sementara sisa perjalanan masih jauh lagi maka para peserta sekitar 50 orang tertahan di kilo meter 10 karena minimnya peta jalur yang dimiliki. Atas kejadian itu, para peserta mencari panitia namun panitia sudah tidak berada di tempat malam itu. Dimana mereka? Katanya kabur.
Maka kembali lagi, Pemda Buton dibantu masyarakat mengerahkan angkutan dan sekitar pukul 21.00 WITA berhasil mengevakuasi peserta yang terjebak di kaki puncak gunung Siotapina.
Kembali lagi soal panitia. Para peserta terus kecewa dan harus bertanggungjawab "Hadiah (253 juta rupiah total hadiah) harus dibagi rata," teriakan peserta.
Dikabarkan kegiatan Tapak Tilas Oputa Yi Koo tersebut dianggarkan milyaran rupiah. Dikemanakan anggaran itu? Aparat Penegak Hukum (APH) harus terlibat di dalam untuk menulusuri bagaimana penggunaan anggarannya.
Demikian.
Buton, 26 Mei 2022
Muhammad Risman
Ketua FKP Buton