JAKARTA, BUTONSATU.com - PT Wika Bitumen, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., bakal membangun pabrik ekstraksi aspal ukuran jumbo dengan nilai investasi mencapai Rp12 triliun mulai tahun ini.
Dikutip dari situs Bisnis.com, Direktur Utama Wika Bitumen Bambang Dwi Wijayanto menjelaskan investasi sekitar Rp12 triliun itu untuk membangun big extraction plant (BEP) dengan kapasitas 7 kali 100.000 ton per tahun.
"Rencana pembangunan BEP di Iawele, Pulau Buton," ungkap Bambang kepada Bisnis, Kamis (4/3/2021).
Adapun, pembangunan pabrik BEP ini diklaim merupakan proyek hijau (green project) yang sesuai dengan persyaratan investasi dari Indonesia Investment Authority (INA).
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan pendanaan untuk pembangunan pabrik aspal oleh Wika Bitumen ini berpotensi diajukan ke INA.
"Dari bisnis line kami, saya sampaikan, peluang untuk yang bisa bekerjasama dengan INA adalah di bagian investasi kami yaitu di infrastruktur dan bendungan maupun energi, dan juga pabrik kami di Bitumen," tutur Agung, Kamis (4/3/2021).
Adapun, PT Wika Bitumen merupakan bisnis pelengkap jasa emiten kontraktor dengan kode saham WIKA. Wika Bitumen akan mendirikan pabrik aspal pada 2021 guna memenuhi permintaan aspal nasional mulai 2023.
Baca Juga: Serahkan Tax Holiday ke PT KPA, Bahlil Lahadalia Apresiasi Kinerja La Bakry
Berdasarkan informasi dari laman resmi Wika Bitumen, perseroan berencana mendirikan pabrik untuk fase pertama dengan kapasitas 2 kali 100.000 ton per tahun mulai tahun ini.
Pabrik tersebut ditargetkan rampung pada 2023 dan pabrik fase kedua pun akan dimulai pada tahun yang sama. Saat ini, perseroan memiliki pabrik Buton Rock Asphalt di Kabungka dan Lawele, Sulawesi Tenggara.
Kapasitas produksi dari pabrik ini tercatat sebesar 250.000 ton per tahun di Kabungka dan 100.000 ton per tahun di Lawele.
Anak usaha dari bisnis downstream WIKA ini rencananya akan dibawa ke pasar modal lewat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2022.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan opsi IPO itu masih dievaluasi. “Kita lihat nanti peluangnya apakah bisa di 2022,” kata Mahendra kepada Bisnis, Kamis (4/3/2021).