BUTON, BUTONSATU.com - Kepala daerah 10 kab/kota di Indonesia yang masuk nominasi Anugrah Kebudayaan PWI mulai mempresentasikan kebudayaannya masing-masing.
Khusus Kabupaten Buton, Bupati La Bakry memaparkan bagaimana kearifan lokal budaya Buton melawan covid-19.
Di hadapan empat orang juri, yakni Nungki Kusumastuti (Dosen Institut Kesenian Jakarta, penari, bintang film), Agus Dermawan T (Penulis buku kebudayaan dan seni, pengamat seni rupa), Atal S.Depari (Ketua Umum PWI Pusat, Wartawan), dan Yusuf Susilo Hartono (Ketua Pelaksana Anugrah Kebudayaan PWI), Bupati La Bakry menjelaskan kearifan lokal Buton dalam melawan pandemi yang berkesesuaian dengan visi Buton yakni mewujudkan Buton sebagai kawasan bisnis budaya terdepan.
Tak hanya itu, orang nomor satu di Buton itu juga memaparkan terkait komoditas unggulan Aspal Buton yang dimana memiliki cadangan 80 persen aspal alam dunia.
"Maka 80 persen Aspal yag ada di Indonesia ada di Buton," kata Bupati Buton, di hadapan dewan juri, di Lantai 4 Hall Dewan Pers, Jakarta, Jumat (16/12/2021).
Hanya saja, kata La Bakry, hingga kini Aspal Buton belum termanfaatkan maksimal. Sehingga dirinya bersama Bupati Buton sebelumnya yakni Samsu Umar Abdul Samiun begitu getol memperjuangkan Aspal Buton agar dapat digunakan di dalam negeri.
Hasilnya kemudian terjawab dengan adanya dukungan Presiden RI, Jokowi yang berjanji akan memproduksi Aspal Buton dan digunakan di seluruh kota/kabupaten se-Indonesia.
"Harapannya dengan kemajuan industri aspal yang memberi kontribusi bagi daerah," ujarnya.
Adapun hubungannnya dengan budaya terdepan, lanjut La Bakry, belajar dari negara-negara maju seperti Jepang, Korea yang sudah maju industrinya. Kendati pun sudah maju, namun tidak lantas melepaskan budayanya.
Dalam melestarikan budaya, sejak di masa kepemimpinan Umar Samiun, yang saat itu La Bakry sebagai wakil bupati selalu menggelar Festival Budaya Tua Buton.
Baca Juga: La Bakry Kenakan Pakaian Adat Buton Saat Penarikan Nomor Urut Presentasi Anugrah Kebudayaan HPN 2022
"Hanya saja setelah pandemi corona, festival budaya sudah tidak dilaksanakan lagi," ungkap La Bakry.
"Dalam festival budaya itu kita lakukan sunatan massal (tandaki) imunisasi tradisional (tandaki) pingitan anak gadis posuo) Tenunan (Tanu) makan bersama (Pekande-kandea), permainan tradisional dan masih banyak lainnya," tambah politisi Golkar itu.
Kaitannya dengan pandemi, Buton punya cara sendiri dalam menghilangkan wabah yang sudah dilakukan secara terus menerus. Namanya Piago. Piago atau istilah sekarang lockdown, dengan memagari kampung. Para tokoh adat memerintahkan warga untuk berdiam di rumah pada waktu tertentu.
Atas permintaan tokoh adat itu, masyarakat begitu patuh. Di Buton, ada falsafah Bolimo Karo Somanamo Lipu yang memiliki arti mendahulukan kepentingan umum, kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi dan golongan.
"Alhamdulillah dengan falsafah ini, masyarakat terhindar dari bahaya," terang La Bakry.
Para perangkat adat dan tokoh agama di Buton juga selalu memanjatkan doa dan duduk tolak bala guna menghindari wabah dan pandemi.
Dengan begitu, masih kata La Bakry, Budaya Buton telah memberikan pemahaman kepada generasi bahwa mengimplementasikan kearifan lokal dapat menjadi landasan kehidupan masyarakat di era penerapan new normal. Bahwa kearifan lokal utamanya budaya juga dapat menangkal pandemi dengan lockdown yang berlandaskan zikir dan permohonan kepada yang maha kuasa.
Atas paparan Bupati Buton itu, para juri memberikan apresiasi positif. Sempat terjadi diskusi dengan para juri selama lebih dari 20 menit, akhirnya para juri merasa puas dengan jawaban Bupati Buton. Kegiatan itu diakhiri dengan foto bersama.