BUTON, BUTONSATU.com - Selain kaya akan potensi wisata, Wabula juga memiliki kearifan lokalnya yang tak kalah menariknya dengan daerah lain.
Adalah kerajinan tenun. Kain tenun tradisional Wabula memiliki filosofi dan nilai budaya tinggi khas Negeri Buton.
Sejak zaman dulu, kerajinan tenun sudah ditekuni masyarakat Wabula, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Semula, hasil tenun hanya dijadikan dalam bentuk sarung, jubah, selendang sebagai kelengkapan pakaian adat masyarakat setempat.
Namun saat ini bertransformasi menjadi baju, pernak-pernik pakaian dinas ASN, bahkan pakaian siswa sekolah yang biasa dikenal "Sentuhan Buton".
Kini, tenunan Wabula mulai dikenal secara nasional. Setelah mendapat perhatian Pemerintah Daerah terutama Dewan Dekranasda.
Baca Juga: Mengenal Prosesi Mata'ano Galampa Masyarakat Wabula
Hadirnya Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Sentra IKM yang diresmikan oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sulawesi Tenggara, Agista Ariany Ali Mazi, SE pada Kamis (05/03/2020) lalu memberikan angin segar bagi pengrajin kain tenun tradisional khususnya masyarakat Wabula.
Disebutkannya, Dekranasda Provinsi Sultra periode tahun 2018 - 2023 menetapkan 3 program unggulan yaitu:
- Pengembangan kerajinan berbasis budaya lokal
- Peningkatan kualitas produk, Sumber Daya Manusia (SDM) perajin dan pemasaran
- Serta pengembangan desa wisata berbasis kerajinan.
"Ketiga program tersebut merupakan wujud partisipasi Dekranasda dalam mendukung terwujudnya lima pilar utama program pemerintah Provinsi menuju Sultra Emas," ungkapnya, saat memberikan sambutan pada peresmian Gedung Sentra IKM Tenun Wabula.
Lebih lanjut Agista Ali Mazi menyebut kain tenun bukan hanya sebagai warisan leluhur tapi juga sebagai ciri khas Negeri eks Kesultanan Buton.
"Industri tenun tidak saja sebagai kebanggaan atas warisan dari leluhur, ini juga ciri khas Negeri eks kesultanan Buton. Sehingga harus terus dipertahankan," tutupnya.
Dukungan Pemerintah Daerah
Pemda Buton mendukung pengrajin kain tradisional dengan mengusung pakaian ASN dan atribut sekolah menggunakan "Sentuhan Buton", secara tidak langsung hal ini membangkitkan semangat pengrajin.
Tidak berhenti sampai disitu, dengan adanya pagelaran Festival Budaya Tua Buton yang diadakan tiap tahun menjadikan industri kain tenun ini bisa eksis hingga saat ini.
Baca Juga: Kelompok Tenun Kecamatan Wabula Keciprat Bantuan Benang dari Pemerintah
Pemasaran Produk
Kendati hadirnya Sentra IKM dan Dukungan Pemerintah Daerah, pengrajin masih mengandalkan penjualan secara konvensional dan membuat kain sarung saat ada yang memesan. Kalaupun dibuat untuk koleksi motif hanya dalam jumlah sedikit.
"Kita bikinnya sesuai pesanan pelanggan, itupun kalau ada pagelaran adat, atau seperti tahun sebelumnya ada festival budaya tua di Takawa. Banyak yang pesan termasuk Pemda," ungkap salah seorang pengrajin di Wabula.
Pengrajin mengharapkan hadirnya outlet khusus penjualan produk kerajinan masyarakat di tempat wisata yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Berikut Video Pembuatan Kain Tradisional di Wabula:
"Kami ingin ada outlet khusus produk kerajinan ditempat wisata supaya tiap kali ada wisatawan lokal maupun wisatawan asing bisa langsung melihat hasil kreatifitas kami, jadi tidak lagi menunggu musim ada kegiatan pagelaran adat baru ada pesanan," ungkap salah satu pengrajin di wabula dengan penuh harap.
Selain itu, butuh dukungan dari generasi muda untuk membantu pemasaran di marketplace nasional dan kedepan kain tenun tradisional kita bisa go internasional. Amiin