Oleh Rusli La Isi/Kader HMI Cabang Ambon
BUTON, BUTONSATU.com - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan sebuah organisasi perjuangan dan organisasi kader, perjuangan HMI harus di mulai dengan mengenali seluruh aspek (internal dan eksternal) sebagai medan dan dialektika perjuangan.
HMI sendiri memiliki peran sebagai organisasi perjuangan. Perjuangan HMI di setiap zaman berbeda-beda. Perjuangan HMI tidak terlepas dari tujuan berdirinya organisasi ini. Sebap, setiap perjuangan HMI bermuara atau mewujudkan apa yang menjadi tujuan HMI yaitu masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Swt selaras dengan tujuan bangsa Indonesia "keadilan sosial", cita – cita HMI bukan hanya keadilan seperti bangsa Indonesia melainkan lebih dari itu "keadilan" yang di ridhoi Allah SWT.
Dalam upaya membangkitkan kembali kekuatan intelektual dari kader-kader HMI, HMI harus menyadari bahwa dinamika intelektual dari organisasi lain semakin berkembang, sementara sebaliknya justru HMI semakin meredup. Harusnya HMI sebagai organisasi mahasiswa harus berada di garda depan dalam perkembangan wacana pemikiran, hanya dengan cara itu HMI akan terus hidup dan tumbuh.
Dalam upaya peningkatan visi intelektual harus dimulai dengan lingkungan yang kondusif dan ideal sehingga kader HMI akan tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjadikan HMI sebagai "learning organization" atau organisasi pembelajaran dengan setiap aktivitas organisasi harus diwujudkan sebagai ruang dialektika gagasan dan pertarungan pemikiran. Penajaman kapasitas akademis intelektual itu dapat dilakukan dengan tiga hal, yakni Membaca, Menulis dan Diskusi.
Bentuk praktis dari komitmen Intelektual ialah dengan sikap reponsif yang harus di tajamkan menjadi kajian atau analisis dalam setiap persoalan kebangsaan dan keumatan. Sehingga intelektual HMI bukan intelektual buku atau teori, tetapi juga diterjemahkan ke dalam upaya-upaya kongkrit di masyarakat sebagaimana dengan konsep Rausyan Fikr (Intelektual yang tercerahkan) Ali Sya’riati.
Dengan demikian, perkembangan wacana pemikiran dalam lingkungan organisasi HMI sangat intensif dan akseleratif. Ketajaman dan penguasaan wacana pemikiran itu dapat diterjemahkan menjadi kritisisme yang korektif, konstruktif, kreatif, inovatif dan futuristik.
Kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis atau sumber daya alamnya tetapi ditentukan oleh kualitas manusia dan pendidikannya.
HMI dituntut untuk menerjemahkan komitmen kemahasiswaannya secara sungguh-sungguh. Semangat HMI sebagai second campus akan terwujud apabila secara empiris, aktivitas-aktivitas HMI benar-benar bersifat alternatif dan komplementer dengan kehidupan kampus.
Komisariat sebagai ujung tombak HMI dikampus harus menjadi representasi HMI di kampus dan dunia kemahasiswaan. Komisariat harus mampu merumuskan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa hari ini. Inilah yang akan menyentuhkan dinamika komisariat dan dinamika kehidupan kemahasiswaan.
Kehadiran HMI dan organisasi ekstra lainnya sangat dibutuhkan untuk membangun dinamika kampus yang sehat, sehingga akan lahir tokoh-tokoh mahasiswa. Setidaknya, tokoh mahasiswa harus mempunyai lima kualitas, yakni kedalaman ideologis, wawasan politis, kemampuan komunikasi sosial dan kemampuan membangun solidaritas sosial didalam realitas kampus yang heterogen.
Kader HMI harus benar-benar menguasi dan mendalami basic keilmuannya dimasing-masing jurusan atau fakultas tempatnya menjadi mahasiswa agar kedepannya kualitas-kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh HMI mapan secara kualitas basic keilmuannya dan berpengetahuan luas (objektif dan rasional) dalam rangka mewujudkan tujuan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt, Amin.